Menjadi Tunanetra mungkin adalah sebuah musibah Mahabesar bagi kebanyakan orang....
Termasuk bagi ku mungkin...
karena aku juga taka akan pernah sanggup untuk membeyangkan jika tiba2 aku menjadi seorang Tunanaetra dalam sekejab mata. Dunia tiba2 menjadi gelap dalam 1 kedipan mata tanpa bisa kembali berwarna untuk selamanya.
Tapi menjadi Tunanetra bukanlah musibah yang perlu disesali dan membutanya merasa hancur. Dia memang meresa sedih saat dokter mengatakan bahwa Ia akan kehilangan penglihatannya, namun bukan karena menjadi Tunanetra ia menjadi sedih namun karena hal itu menyebabkan Ia kehilangan kesempatan untuk bersekolah pada saat itu.
Kejadian itu terjadi ketika ia masih duduk di bangku TK. Hari itu dia sedang megikuti sebuah perlombaan MTQ, lalu tiba2 saja penglihatannya menjadi kabur. Dia tidak mampu melihat dengan jelas apa yang ada disekitarnya. Dan puncaknya terjadi pada malam harinya ketika ia pergi ke surau untuk belajar mengaji bersama teman-temannya. Ia sama sekali tidak mampu melihat apapun.
Dan sejak saat itulah selama 2 Tahun Ia menjalani pengobatan di berbagai rumah sakit. Mulai dari rumah sakit Abdul Moluk, RSCM, hingga ke Semarang dan Surabaya. Serta mencoba berbagai pengobatan alternatif. Namun semua usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Hingga akhirnya ayahnya mendapatkan informasi dari seorang temannya yang juga memiliki seorang anak dengan kondisi yang sama bersekolah di sebuah sekolah berasrama khusus Tunanetra di Yogyakarta. Dan akhirnya Ia pun pergi ke Yogyakarta dan dimulailah proses kehidupannya untuk menggapai mimpi dan cita2nya untuk mencari ilmu setinggi mungkin. Karena satu keinginannya untuk bersekolah telah terwujud disini.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar